Senin, 13 September 2010

Was I Born to Sing?

Event : Off, Lebaran 2010

Kali ini bukan cerita di panggung, tapi justru cerita karena libur manggung. Yah, 1 minggu full tanpa sedikitpun manggung nyanyi karena lebaran. Ternyata nggak bisa, ternyata bingung, ternyata masih curi-curi nyanyi di kamar mandi (walaupun tetap nggak sampai hati untuk khilaf pergi ke tempat karaoke), ternyata sedih (karena nggak dapat penghasilan...hehe). Saya nggak berlebihan, bernyanyi mengisi rutinitas saya. Menyanyi membuat saya dapat duit, dapat pacar, saya bisa caper, saya dipuja, saya jadi merasa keren--sumpah saya ngerasa ganteng banget kalau baru pegang mic....

Liburan ini, saya kehilangan ritual untuk memenuhi kebutuhan narsis saya. Apalagi setelah ramadhan + lebaran ini, dimana otak saya mengalami fase super sibuk, kadang hilang konsentrasi menyanyi. Sebulan terakhir ini saya mencoba membagi kemampuan berpikir saya dengan bidang profesi lain, ya semacam bisnis coba-coba gitu, tapi ternyata hal tersebut benar-benar menguras jiwa dan raga. Saya sempat mengalami kegelisahan, out focus, dan kehilangan passion dalam bernyanyi gara-gara bisnis baru tersebut. Gawat....saya mengalami krisis konsistensi....

Hampir satu setengah bulan saya menganak tirikan seni suara, yang ternyata hukumannya parah, saya benar-benar kepingin libur ini segera berakhir, saya ingin manggung lagi....

Ini bukan sekedar sensasi menjadi glamour berpredikat anak band. Kalau dikenal orang dan disukai banyak orang itu saya anggap sebagai resiko pekerjaan, karena memang tugas seorang penyanyi adalah menghibur orang, jadi wajar donk kalau orang senang dan terhibur. Lepas dari itu semua, saya mencintai ini, sungguh. Inilah cita-cita saya dari kecil, MENJADI PENYANYI. Ya insyallah suatu saat nanti saya menjadi terkenal dan legendaris, Amien....

Ada kepuasan yang sulit sekali dimengerti takarannya saat saya bernyanyi. Mungkin sebuah rasa yang fana, yang hanya bisa diukur dengan arogansi dan egoisme si pelaku saja. Kalau banyak yang bilang itu nggak bisa dibeli dengan uang, emmm...bisa saja itu benar, tapi saya tetep nggak mau nyanyi kok kalau nggak dibayar...hehe.

Pernah banyak orang menyangsikan dan meminggirkan status profesi seorang penyanyi, ya anda tahu sendirilah, seniman sama dengan abnormal untuk ruang-ruang pikir konservatif, penyanyi ibarat rombongan pengelana lautan waktu yang hanya berkayuh angan-angan.

Terkadang benturan-benturan tersebut memang menggoyahkan langkah saya, tapi tidak pernah sedikitpun mengendurkan niat saya untuk tetap di sini. Masih tetap meyakini, bahwa Tuhan sudah menuliskan nama-nama peran dalam naskahNya, dan sampai babak ini, saya masih berperan sebagai penyanyi. Semoga saja, sampai tirai panggung drama itu tertutup, saya masih diberi adegan bernyanyi, yang pastinya akan dengan sangat ikhlas saya melakonkannya, karena saya percaya bahwa inilah arti kehidupan saya, dan akan saya abdikan, untuk seni....
 
Copyright 2009 PAKSI JASMINE. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan