Sabtu, 06 Februari 2010

Lagu Kebangsaan

Event : Nokia, Amplaz, 24 Januari 2010

Lagu kebangsaan.
Itulah sumber masalahnya. Yang bermasalah itu saya. Saya kecewa pada diri sendiri. Pada event ini, request dari penyelenggara sebenarnya sudah jelas dan sudah dibrief seminggu sebelum hari H, yaitu harus menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu lain yang berbahasa Indonesia.

Mental pongah dan jumawa saya mengiringi perjalanan ke tempat manggung. Saya merasa, akan sangat mudah bila "cuman" menyanyikan lagu-lagu tersebut. Latihan pun hanya dilakukan 10 menit sebelum naik panggung, dengan gitar bolong di belakang panggung (jangan ditiru!!! ini ternyata bukan karena saya hebat, tapi karena sok jago, congkak, sok menggampangkan dan meremehkan masalah).
Bahkan kalimat sombong inipun,"walaaah, gampang...wong cuman lagu-lagu Indonesia gitu kok", sempat keluar dari mulut saya. Huuh, saya menyesal (dan merasa menjadi orang hina) karena melakukan itu semua.

Alhasil, keadaaan kacau dan memalukan ketika saya terjebak dalam "kelupaan", saat lagu legendaris Kebyar-Kebyar ciptaan (alm) Gombloh mencapai pertengahan, setelah reff. Sudah berusaha menutupi kesalahan dengan improvisasi semaksimal mungkin. Tidak berhasil, dan berlanjut (lagi) pada 2 lagu kebangsaan selanjutnya, Garuda di Dadaku (Netral), dan Bendera (Eross).


Mungkin inilah hukuman untuk sifat buruk saya yang selalu memandang sebelah mata lagu-lagu dengan lirik kebangsaan. Saya mendadak merasa berkhianat terhadap negeri ini, saat ternyata lebih hapal menyanyikan lagunya Jason Mraz atau The Beatles. Belum seberapa, penyesalan itu melayang ke pikiran yang lebih jauh lagi, apa jadinya kalau suatu saat harus menyanyikan lagu-lagu daerah, misalnya tembang macapat (tembang Jawa). Pasti akan lebih mati kutu.

Tidak perlu menyalahkan SBY, Jero Wacik, anggota DPR, dosen, guru, televisi, internet, Amerika Serikat, atau siapapun, dan ataupun mencari alasan apapun untuk "ketidak bisaan" saya menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, yang notabene adalah lagu dengan bahasa yang sudah saya pelajari dari TK. Atau kalau mau fakta yang lebih mencengangkan lagi :

"Saya Paksi Raras Alit, lahir dan besar selama 24 tahun ini, di Jogjakarta, Sarjana Sastra Jawa (7 tahun kuliah), profesi penyanyi, tapi tidak bisa nembang bahasa Jawa (alasan saya adalah lupa). DAN SAYA SANGAT MALU."


5 comments:

semuasayanganna mengatakan...

tapi keren kok pas nyanyi lagunya sujiwo tedjo.. kedengeran sampe di gramedia :D

Paksi Jasmine mengatakan...

wah udah ada yang komen....
malu mbak anna, itu pun karena kita udah kehabisan stok lagu nasional, trus malu ama band perkusi sebelum Jasmine, yang main lagu-lagu etnik dan keren banget...jadinya kita mainkan lagunya sujiwo tedjo, padahal itu lagu untuk wedding hehe

Santi Zaidan mengatakan...

Iya, anyam-anyaman versi Jasmine juga salah satu favoriteku :)

kamera digital slr mengatakan...

ada videonya ngak mas, boleh dong lihat

Tempat Wisata Jogja Asik mengatakan...

lihat di lipo semalem videonya bagus mas ada videonya ngak penasaran

Posting Komentar

 
Copyright 2009 PAKSI JASMINE. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan