Kamis, 04 Februari 2010

Seniman, Waktu, dan Senyuman ( 2 )

Event : Pameran Seni Rupa, Bentara Budaya Yogyakarta, 8 januari 2010

Kali ini (mungkin) saya yang salah. Hampir terjadi selisih paham yang wagu antara saya dengan kawan-kawan penyelenggara acara di Bentara Budaya.

Alkisah tentang (lagi-lagi) seniman, topik kali ini tentang cara komunikasi. Ini (mungkin) karena intuisi saya yang kurang peka dan belum terlatih untuk merespons omongan para senior saya. 2 hari yang lalu--pada event Biennale di stasiun Tugu-- saya bertemu dengan mas Felix (seorang perupa) dan terjadilah "pembicaraan" yang intinya meminta bantuan saya dan mas Encix untuk tampil pada opening pameran seni rupa di Bentara Budaya. Singkat cerita, mungkin disebabkan obrolan kami yang terlalu pede dan terlalu mengandalkan indera keenam untuk menangkap maksud masing-masing, maka tidak menyatulah rumusan obrolan tersebut --tentang detail teknis acara--.

Sehari setelahnya, kami --saya, mas Encik, dan mas Felix-- masih terlibat kontak via sms tentang rencana acara di Bentara itu, dan isi smsnya pun sama sekali (menurut naluri saya) belum menjelaskan teknis acara besok. "Ya sudah", pikir saya, berarti tinggal menunggu kabar selanjutnya. Sampai pada Jumat (8/1) jam 19.25, saya dan otak saya masih sepakat untuk berpikir bahwa acara ini cancel, karena tidak ada kabar. Eeeeh...lha kok pucuk di cinta ulam tiba, telepon berdering, dari mas Felix yang kira-kira begini bunyinya "kok durung teka, wis dienteni kanca-kanca neng Bentara".

Bagai pemadam kebakaran, atau dokter ICU, atau tim Gegana, atau bencong digrebeg Pol PP, saya bergerak secepat kilat...dalam waktu 15 menit saya sudah sampai Bentara Budaya, itupun sudah termasuk mandi, dandan, ngontak (plus dipisuh-pisuhi) mas Encik, dan siapapun player Jasmine yang lagi free.

Acara akhirnya dimulai (opening diundur karena menunggu kehadiran band...hehe) dan sekali lagi saya menemukan spirit yang sama dengan acara Biennale 2 hari lalu. Bedanya kali ini, lebih banyak "additional" player yang ikut naik panggung --banyaaaaaak banget...tanpa berkenalan, tanpa latihan, dan tanpa "sinkronisasi" tentunya-- dan tak satupun panitia yang menyusun rundown. Bentara Budaya malam ini meriah....penuh canda tawa, gojekan, saling ngerjain satu-sama lain, pemain dan penonton ambyur akrab jadi satu, seolah-olah sarana melepas stress (sejak kapan seniman stress???), tapi tetap serius saat memberi tepuk tangan pada performer di panggung.

Gelaran "apresiasi kecintaan akan seni" inipun berakhir ketika saya sudah capek nyanyi--jam 10 malam lebih--. Tidak ada rules untuk malam itu, kecuali semua yang anda lakukan di atas pentas harus bernilai artistik...(ambigu).

Saya heran dengan komunitas ini, padahal nggak ada undangan resmi, tapi solidaritas dan pengartian "setia kawan" antara para seniman itu begitu dalam. Saat salah satu "anggota" punya hajat berkesenian, (di manapun itu, asalkan terjangkau) maka teman-temannya pasti akan hadir --walaupun cuma datang untuk gojek dan gojek lagi--. Tapi saya berani jamin, (gojek) itu dilakukan dengan sangat tulus, semata-mata untuk menghargai hajatan/karya kawan.

Rasa handarbeni yang aneh akan arti "komunitas seniman".....

3 comments:

Nico Wijaya mengatakan...

woorgh, paksi ngeblog!

Santi Zaidan mengatakan...

seneng deh mas baca tulisan tulisanmu.. bebaskan mas, jangan dipendam hahahaha xp

Paksi Jasmine mengatakan...

wah....ketahuan

Posting Komentar

 
Copyright 2009 PAKSI JASMINE. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan