Kali ini (mungkin) saya yang salah. Hampir terjadi selisih paham yang wagu antara saya dengan kawan-kawan penyelenggara acara di Bentara Budaya.

Sehari setelahnya, kami --saya, mas Encik, dan mas Felix-- masih terlibat kontak via sms tentang rencana acara di Bentara itu, dan isi smsnya pun sama sekali (menurut naluri saya) belum menjelaskan teknis acara besok. "Ya sudah", pikir saya, berarti tinggal menunggu kabar selanjutnya. Sampai pada Jumat (8/1) jam 19.25, saya dan otak saya masih sepakat untuk berpikir bahwa acara ini cancel, karena tidak ada kabar. Eeeeh...lha kok pucuk di cinta ulam tiba, telepon berdering, dari mas Felix yang kira-kira begini bunyinya "kok durung teka, wis dienteni kanca-kanca neng Bentara".
Bagai pemadam kebakaran, atau dokter ICU, atau tim Gegana, atau bencong digrebeg Pol PP, saya bergerak secepat kilat...dalam waktu 15 menit saya sudah sampai Bentara Budaya, itupun sudah termasuk mandi, dandan, ngontak (plus dipisuh-pisuhi) mas Encik, dan siapapun player Jasmine yang lagi free.


Saya heran dengan komunitas ini, padahal nggak ada undangan resmi, tapi solidaritas dan pengartian "setia kawan" antara para seniman itu begitu dalam. Saat salah satu "anggota" punya hajat berkesenian, (di manapun itu, asalkan terjangkau) maka teman-temannya pasti akan hadir --walaupun cuma datang untuk gojek dan gojek lagi--. Tapi saya berani jamin, (gojek) itu dilakukan dengan sangat tulus, semata-mata untuk menghargai hajatan/karya kawan.
Rasa handarbeni yang aneh akan arti "komunitas seniman".....
3 comments:
woorgh, paksi ngeblog!
seneng deh mas baca tulisan tulisanmu.. bebaskan mas, jangan dipendam hahahaha xp
wah....ketahuan
Posting Komentar